Minggu, 13 April 2014

Harus Jeli...

Ibdh. Biston, selasa 8 Apr 2014

Yosua 22:10-14
Suku-suku diseberang Yordan mendirikan medzbah

                Keseluruhan kitab Yosua ini terkena Pintu kemah yang memiliki 5 tiang yang merupakan gambaran dari pelayanan kita karena berkaitan dengan 5 jabatan (Rasul, Guru, Penginjil, Nabi, Gembala) Jabatan-jabatan ini harus bekerja dalam jemaat, dan semua jabatan ini sama dihadapan Tuhan selayaknya tiang yang memiliki tinggi, bentuk, lebar yang sama. Jadi tidak ada yang lebih hebat karena mesing-masing sesuai dengan talenta/ karunia yang diberikan Tuhan.
Galatia 2:9 Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;
                Seperti Rasul-rasul yang terdahulu yaitu Yakobus, Petrus dan Yohanes tidak merasa lebih hebat dari Paulus dan Barnabas tapi sebaliknya mereka menjalin persekutuan dengan tanda selalu berjabat tangan satu dengan yang lain. Inilah wujud dari bentuk tiang pintu kemah yang sama tinggi dan yang dikaitkan satu dengan yang lain.

Yos 22:11 Lalu terdengarlah oleh orang Israel itu cakap orang: "Telah didirikan mezbah oleh bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu, mezbah menghadap ke tanah Kanaan, di Gelilot pada sungai Yordan, di sebelah wilayah orang Israel.“ (12) Ketika hal itu terdengar oleh orang Israel, berkumpullah segenap umat Israel di Silo, untuk maju memerangi mereka.
                Saat 9 ½ suku mendengar perkataan orang maka mereka langsung marah, inilah yang perlu kita waspadai karena sangat penting bagi kita untuk jeli saat mendengar berita atau perkataan orang lain, mintalah hikmat agar kita bisa tahu apakah yang kita dengar itu perkataan yang membangun atau tidak.

(13) Kemudian orang Israel mengutus kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan kepada suku Manasye yang setengah itu, ke tanah Gilead, imam Pinehas bin Eleazar, (14) dan bersama-sama dengan dia sepuluh pemimpin, yakni seorang pemimpin kaum keluarga sebagai wakil tiap-tiap suku Israel. Masing-masing mereka itu kepala kaum keluarganya di antara kaum-kaum orang Israel.
                Mereka mengutus Imam Pinehas kepada 2 ½ suku, ini gambaran dari kehidupan seorang pemimpin, seorang pelayan Tuhan. Jika Pelayanan Tuhan mulai marah-marah maka tahbisannya sudah rusak! Karena salah satu syarat menjadi pelayan Tuhan bukanlah pemarah tapi peramah.
1 Timotius 3:1 Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.“ (2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,..
                Jadi perhatikan! Sekali lagi … jangan cepat marah karena ini akan membawa kita sampai menuduh orang lian bahkan sampai menghakimi. Seperti bangsa Israel yang 9 ½ suku (16) "Beginilah kata segenap umat TUHAN: Apa macam perbuatanmu yang tidak setia ini terhadap Allah Israel, dengan sekarang berbalik dari pada TUHAN dan mendirikan mezbah bagimu, dengan demikian memberontak terhadap TUHAN pada hari ini?
                Bukan berarti kita tidak boleh marah, tapi kita harus jeli apakah kita marah karena alasan yang tepat atau kita marah tanpa alasan. Dan saat ini yang kita bahas adalah marah yang tanpa alasan.
                2 ½ suku berusaha memberi penjelasan agar tidak larut dalam percekcokkan/ perselisihan.
(21) Lalu jawab bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu, katanya kepada para kepala kaum-kaum orang Israel: (22) "Allah segala allah, TUHAN, Allah segala allah, TUHAN, Dialah yang mengetahui, dan patutlah orang Israel mengetahuinya juga! Jika sekiranya hal ini terjadi dengan maksud memberontak atau dengan maksud berubah setia terhadap TUHAN -- biarlah jangan TUHAN selamatkan kami pada hari ini.
                Jawaban pertama mereka adalah Allah yang maha tahu. Artinya yang mengetahui kita berbuat salah atau kita berdosa itu adalah Tuhan sehingga kita manusia tidak ada hak sedikitpun untuk menghakimi. Jadi kalau ada masalah biarlah Tuhan yang menyelsesaikannya lewat FirmanNya.

(23) Jika sekiranya kami mendirikan mezbah untuk berbalik dari pada TUHAN, untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian di atasnya serta korban keselamatan di atasnya, biarlah TUHAN sendiri yang menuntut balas terhadap kami.
                Jawaban kedua mereka adalah Allah Pembalas. Jadi sangat jelas sekali lagi bahwa pembalasan dan penghakiman itu bukan hak kita tapi haknya Tuhan. Jadi bagaimana dengan kita? Tuhan mengajarkan kita untuk menahan diri, tidak marah sehingga dengan begitu kita terlatih untuk sabar, dan sabar ini merupakan wujud dari kasih Tuhan.

(24) Tetapi sesungguhnya, kami telah melakukannya karena cemas. Sebab pikir kami: Di kemudian hari anak-anak kamu mungkin berkata kepada anak-anak kami, demikian: Apakah sangkut pautmu dengan TUHAN, Allah Israel?
                Jawaban mereka yang ketiga adalah mereka dalam keadaan cemas. Yang mereka cemaskan adalah jangan sampai generasi mereka tidak lagi beribadah kepada Tuhan.
Apakah kita juga berpikiran yang sama? Apakah kita merasa cemas dengan masa depan anak kita? Dimana anak-anak kita sekarang? Apakah kita selama ini memperhatikan keselamatannya? Jangan sampai anak-anak kita disebut orang kafir!

(25) Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu, hai orang bani Ruben dan bani Gad! Kamu tidak mempunyai bagian akan TUHAN. Demikianlah mungkin anak-anak kamu membuat anak-anak kami berhenti dari pada takut akan TUHAN.
                Kecemasan mereka juga adalah jangan sampai anak-anak mereka ada batasan dengan Tuhan. Saat ini banyak hal didunia ini menjadi pembatas antara anak-anak kita dengan Tuhan. Contohnya saat ini banyak anak-anak yang tidak beribadah karena lebih memilih nonton tv, lebih memilih bermain game dsb.
                Sebagai orang tua kita perlu mewaspadai hal-hal ini agar kita maupun generasi kita kemudian tetap menyembah dan beribadah kepada Tuhan.
Amin.


By. Pdt. Rudolf Labok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar