Kamis, 14 Agustus 2014

Kerinduan mempelai

Ibdh. PA, Kamis 14 Agt 2014

Kisah Rasul 5:1-11
Ananias dan Safira

Pada pasal 5:1-11 ini telah kita pelajari bersama pada hari minggu seperti yang bapa gembala sampaikan yang mana dalam tebernakel ini terkena pada Meja Roti Sajian.
Alat ini menggambarkan hati yang harus terus ada persekutuan dengan Firman Allah bahkan dikuasai oleh Firman Allah.
Dalam Firman Tuhan juga berkata kita harus selalu merindukan Firman-Nya bagaikan seorang bayi yang baru lahir yang selalu merindukan air susu (1 Pet 2:2). Firman Tuhan yang adalah makanan rohani ini membawa kita pada pertumbuhan rohani.
Untuk dapat memiliki hati yang merindukan Firman Tuhan maka kita harus terlebih dahulu kita harus mengalami kelepasan; 1 Pet 2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
Diakhir zaman ini kerinduan kita akan Firman Allah harus meningkat bukan lagi keriduan bagai seorang bayi tapi kerinduan bagai seorang Mempelai Wanita kepada Mempelai Pria Sorga.
Karena jika bagaikan seorang bayi berarti makanan yang kita rindukan adalah makanan yang lembek dan berarti kita masih sama seperti bayi atau anak kecil sedangkan dilihat dari sudut waktu saat ini kita harus semakin dewasa rohani jadi kita harus berusaha memiliki kerinduan yang bagaikan seorang Mempelai Wanita yang berarti makanan yang kita butuhkan adalah makanan keras yaitu Firman Tuhan yang keras, tajam, Firman Penyucian yang akan terus membawa kita semakin dewasa rohani sehingga layak bersanding dengan Mempelai Pria Sorga. Ini adalah suatu peningkatan.

Kid 5:2 Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
Hati yang rindu yaitu hati yang selalu mau dilawat oleh Firman Penyucian, untuk selalu ada persekutuan dengan Firman. Saat kita mendengar Firman Tuhan maka saat itu Tuhan sedang mengetuk pintu hati kita, satu hal yang perlu kita perhatikan adalah kita harus selalu berjaga-jaga (“….hatiku bangun…”). Jangan kita mengeraskan hati kita! Ingatlah Firman itu dekat dengan kita yaitu dimulut dan dihati kita sehingga jika Firman itu mengetuk hati kita maka segeralah kita buka hati kita agar kita menerima keselamatan (Ibr 3:7-11).
Jika Firman mengetuk hati kita dan kita tetap mengeraskan hati kita maka akibatnya kita tidak akan mendapatkan keselamatan dan tidak dapat masuk dalam tempat perhentian yang Tuhan siapkan.
Suara Mempelai Pria Sorga yang mengetuk pintu hati kita itu tidak dapat didengar dengan telinga jasmani kita tapi didengar dengan telinga rohani sehingga yang kita butuhkan adalah hati yang benar-benar mengasihi DIA sebab suara-NYA itu sangat lembut tidak kasar (Kid 5:2).
“……Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!" artinya Mempelai Pria Sorga itu sendiri menjunjung tinggi Firman Pengajaran itu (Ul 32:2) sehingga kitapun harus selalu menghargai dan menjunjung tinggi Firman Pengajaran.

Kid 5:3 "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
Untuk berjumpa dengan Mempelai Pria Sorga maka jangan kita takut berkorban tapi kita harus ada kerelaan.
5:4 Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
Jika kita sudah mendengar Firman Tuhan atau suara Mempelai itu maka jangan kita berlambat-lambat untuk menerima-NYA agar kita tidak menyesal kemudian.
5:5 Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu. 5:6 Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.
Jika kita tidak segera merespon Firman kita bisa-bisa tertinggal dan tidak dapat menemukanNya kembali. Seperti yang dinubuatkan dalam kitab Amos. Jadi sekali lagi selagi Firman itu masih ada maka jangan kita keraskan hati kita.

Kis 5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.
5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Dalam mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan maka jangan sampai hati kita setengah-setengah dalam mempersembahkannya. Terlebih dalam hal milik Tuhan yaitu perpuluhan, sehingga segala sesuatu berkat yang kita terima maka haruslah kita mempersembahkan apa yang menjadi milik Tuhan.
Persembahan itu juga bukan sekedar perpuluhan yang bicara soal materi saja tapi persembahan itu juga adalah bagaimana kita membawa kehidupan kita kepada Tuhan, membawa diri kita untuk beribadah kepada Tuhan.

Kis 5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
Hari-hari ini jangan kita biarkan hati kita dikuasai iblis, karena bisa saja kita mengalami hal seperti Ananias dan Safira dan terlebih lagi menjadi sama seperti Yudas Iskariot sehingga hati kita menjadi jahat; selalu ada dusta, kebencian, pembunuhan dsb (Luk 22:3-6).
Jangan pula kita bermain-main dengan ALLAH, karena DIA adalah pribadi yang menghanguskan, Pribadi yang Mulia.

Kis 5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."
5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.
5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.
Yang kita perlukan saat ini adalah rasa hormat dan takut akan Tuhan. Bukan takut akan kematian yang dialami oleh Ananias dan Safira tapi takutlah akan Tuhan; Mat 10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Jika kita hormat dan takut akan Tuhan maka kita akan terlepas dari api neraka.

Amin



By. Pdm. Ariel Yoseph Labok