Kamis, 27 Februari 2014

Patokan Hidup Dalam Melangkah

Ibdh. Fellowship, Minggu 16 Februari 2014
Hakim-hakim 19:8-21
Ay.8-9 Pada hari yang kelima, ketika ia bangun pagi-pagi untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu: "Mari, segarkanlah dirimu dahulu, dan tinggallah sebent
ar lagi, sampai matahari surut." Lalu makanlah mereka keduanya. (9) Ketika orang itu bangun untuk pergi, bersama dengan gundiknya dan bujangnya, berkatalah mertuanya, ayah perempuan muda itu, kepadanya: "Lihatlah, matahari telah mulai turun menjelang petang; baiklah tinggal bermalam, lihat, matahari hampir terbenam, tinggallah di sini bermalam dan biarlah hatimu gembira; maka besok kamu dapat bangun pagi-pagi untuk berjalan dan pulang ke rumahmu."

Sebagai anak Tuhan maka kita harus memiliki patokan hidup atau pedoman/ contoh bahkan teladan agar tidak salah melangkah, tidak asal melayani. Saat ini apakah yang menjadi pedoman dalam kita menjalani hidup ini?
Pada ayat 9 diatas seorang ayah ini gambaran dari gembala sidang, Ia menyarankan untuk melangkah pada siang hari dimana matahari masih menyinari bumi Pengkhotbah 11:7 Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata; Mzr 84:12-13 Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (13) Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!
Tuhan bagaikan matahari, sehingga jika memandang matahari itu baik bagi mata kita maka biarlah yang menjadi pandangan mata kita atau patokan hidup kita adalah Tuhan. Jika kita memandang Tuhan maka kita tidak akan pernah kecewa.
Tuhan bukan hanya sebagai matahari tapi juga sebagai perisai yang menjaga nikah kita, membentengi setiap kehidupan kita agar kita tidak mudah jatuh kedalam dosa. Jika anak muda memiliki patokan hidup maka dimanapun dia berada baik diluar kota maupun jauh dari orang tua tapi karena Tuhan yang menjadi patokan hidupnya maka ia akan terlindungi dari kejatuhan begitu juga dengan suami/ isteri dan siapa saja.
Disini juga kita melihat sosok orang tua yang sangat penting perannya untuk mengajarkan atau mengarahkan anak-anak untuk menjadikan Tuhan sebagai patokan hidupnya agar tidak mudah jatuh kedalam perbuatan dosa. Karena perisai itu yaitu Tuhan untuk melindungi kita dari serangan musuh.
Kehidupan yang menjadikan Tuhan sebagai patokan hidupnya akan merasakan kemuliaan Tuhan, dan Tuhanpun tidak pernah menahan kebaikanNya sebaliknya saat kita sakit IA ada dan menyembuhkan, saat kita membutuhkan maka IA mencukupkan dsb. Sehingga patutlah kita selalu mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan.
Hak 5:31 Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.
Saat kita mengasihi Tuhan maka hidup kita tidak lagi gelap, tidak lagi kelabu tapi IA akan menjadikan hidup kita terang bersinar.
Jadi matahari disini gambaran dari KASIH.

4 Tahapan matahari:
  1. Mulai turun.
  2. Hampir terbenam.
  3. Sangat rendah.
  4. Sudah tenggelam.
Gbrn dari kasih yang semakin menurun. Perhatikan hidup kita apakah masih melangkah dengan kasih atau tidak! Jika Hamba Tuhan, Imam-imam melayani tanpa hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan maka percuma!
Semakin menurunnya kasih itu maka lama kelamaan kasih itu tenggelam dan hilang yang ada kita semakin teggelam bersama dengan keadaan dunia ini.
Yohanes 9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. (5) Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.“
Saat ini selagi masih ada waktu bagi kita maka biarlah kita melayani Tuhan.

Tanda orang yang kasihnya semakin menurun
Ay.11-12Ketika mereka dekat ke Yebus dan ketika matahari telah sangat rendah, berkatalah bujang itu kepada tuannya: "Marilah kita singgah di kota orang Yebus ini dan bermalam di situ.“ (12) Tetapi tuannya menjawabnya: "Kita tidak akan singgah di kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita akan berjalan terus sampai ke Gibea.“

1). Yaitu tidak mau lagi bersekutu dengan orang lain. Melihat sesama sebagai orang asing, saling mencurigai, merasa diri lebih benar dan suci sehingga melihat saudara, teman sebagai musuh sehingga tidak mau bersekutu lagi.
Mrk 9:38-41 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." (39) Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.  (40) Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. (41) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."

2). Tidak lagi diterima atau diresponi oleh orang lain.
Ay. 13 Lagi katanya kepada bujangnya: "Marilah kita berjalan sampai ke salah satu tempat yang di sana dan bermalam di Gibea atau di Rama."
Ay.18 Jawabnya kepadanya: "Kami sedang dalam perjalanan dari Betlehem-Yehuda ke balik pegunungan Efraim. Dari sanalah aku berasal; aku tadinya pergi ke Betlehem-Yehuda dan sekarang sedang berjalan pulang ke rumah. Tetapi tidak ada orang yang mengajak aku ke rumahnya,
Jika kita melayani tidak lagi dengan kasih, tidak lagi melayani dengan kesaksian yang benar alias hidup tidak lagi dalam terang maka percuma karena tidak menjadi berkat bagi orang lain akhirnya kitapun ditolak.

Ay. 19 walaupun ada padaku jerami dan makanan untuk keledai kami, pula roti dan anggur untuk aku sendiri, untuk hambamu perempuan ini dan untuk bujang yang bersama-sama dengan hambamu ini; kami tidak kekurangan sesuatu."
Meskipun kita memiliki segalanya tapi jika kita tidak memiliki kasih maka kita akan tetap ditolak.
Jadi Saat ini yang kita lihat, yang kita pandang adalah Yesus Anak Domba yang mampu menghapus segala dosa kita. (Ibrani 3:1-2) kita pandang DIA sebagai rasul agar kita memiliki hikmat, jika kita memandang DIA sebagai Imam Besar maka kita akan memiliki tahbisan yang benar, kita pandang DIA sebagai pemimpin kita maka IA yang akan memimpin seluruh langkah hidup kita dan kita pandang DIA sebagai Mempelai Pria Sorga yang membawa kita sampai menjadi Mempelai wanita yang sempurna.
Amin.

By. Pdt. Rudolf Labok


Tidak ada komentar:

Posting Komentar