Ibdh. Biston, selasa
8 Apr 2014
Yosua 22:10-14
Keseluruhan kitab Yosua ini
terkena Pintu kemah yang memiliki 5 tiang yang merupakan gambaran dari
pelayanan kita karena berkaitan dengan 5 jabatan (Rasul, Guru, Penginjil, Nabi,
Gembala) Jabatan-jabatan ini harus bekerja dalam jemaat, dan semua jabatan ini
sama dihadapan Tuhan selayaknya tiang yang memiliki tinggi, bentuk, lebar yang
sama. Jadi tidak ada yang lebih hebat karena mesing-masing sesuai dengan talenta/
karunia yang diberikan Tuhan.
Galatia 2:9 Dan setelah melihat
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes,
yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan
Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang
tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;
Seperti Rasul-rasul yang
terdahulu yaitu Yakobus, Petrus dan Yohanes tidak merasa lebih hebat dari
Paulus dan Barnabas tapi sebaliknya mereka menjalin persekutuan dengan tanda
selalu berjabat tangan satu dengan yang lain. Inilah wujud dari bentuk tiang
pintu kemah yang sama tinggi dan yang dikaitkan satu dengan yang lain.
Yos 22:11 Lalu terdengarlah
oleh orang Israel itu cakap orang: "Telah didirikan mezbah oleh
bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu, mezbah menghadap ke
tanah Kanaan, di Gelilot pada sungai Yordan, di sebelah wilayah orang Israel.“
(12) Ketika hal itu terdengar oleh orang Israel, berkumpullah segenap
umat Israel di Silo, untuk maju memerangi mereka.
Saat 9 ½ suku mendengar
perkataan orang maka mereka langsung marah, inilah yang perlu kita waspadai
karena sangat penting bagi kita untuk jeli saat mendengar berita atau perkataan
orang lain, mintalah hikmat agar kita bisa tahu apakah yang kita dengar itu
perkataan yang membangun atau tidak.
(13) Kemudian
orang Israel mengutus kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan kepada suku
Manasye yang setengah itu, ke tanah Gilead, imam Pinehas bin Eleazar, (14)
dan bersama-sama dengan dia sepuluh pemimpin, yakni seorang pemimpin kaum
keluarga sebagai wakil tiap-tiap suku Israel. Masing-masing mereka itu kepala
kaum keluarganya di antara kaum-kaum orang Israel.
Mereka mengutus Imam Pinehas
kepada 2 ½ suku, ini gambaran dari kehidupan seorang pemimpin, seorang pelayan
Tuhan. Jika Pelayanan Tuhan mulai marah-marah maka tahbisannya sudah rusak!
Karena salah satu syarat menjadi pelayan Tuhan bukanlah pemarah tapi peramah.
1 Timotius 3:1 Benarlah perkataan
ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan
yang indah.“ (2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak
bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka
memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah
melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,..
Jadi perhatikan! Sekali lagi …
jangan cepat marah karena ini akan membawa kita sampai menuduh orang lian
bahkan sampai menghakimi. Seperti bangsa Israel yang 9 ½ suku (16)
"Beginilah kata segenap umat TUHAN: Apa macam perbuatanmu yang tidak
setia ini terhadap Allah Israel, dengan sekarang berbalik dari pada TUHAN
dan mendirikan mezbah bagimu, dengan demikian memberontak terhadap TUHAN
pada hari ini?
Bukan berarti kita tidak boleh
marah, tapi kita harus jeli apakah kita marah karena alasan yang tepat atau
kita marah tanpa alasan. Dan saat ini yang kita bahas adalah marah yang tanpa
alasan.
2 ½ suku berusaha memberi
penjelasan agar tidak larut dalam percekcokkan/ perselisihan.
(21) Lalu
jawab bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu, katanya kepada
para kepala kaum-kaum orang Israel: (22) "Allah segala allah,
TUHAN, Allah segala allah, TUHAN, Dialah yang mengetahui, dan patutlah orang
Israel mengetahuinya juga! Jika sekiranya hal ini terjadi dengan maksud
memberontak atau dengan maksud berubah setia terhadap TUHAN -- biarlah jangan
TUHAN selamatkan kami pada hari ini.
Jawaban pertama mereka adalah Allah
yang maha tahu. Artinya yang mengetahui kita berbuat salah atau kita
berdosa itu adalah Tuhan sehingga kita manusia tidak ada hak sedikitpun untuk
menghakimi. Jadi kalau ada masalah biarlah Tuhan yang menyelsesaikannya lewat
FirmanNya.
(23) Jika
sekiranya kami mendirikan mezbah untuk berbalik dari pada TUHAN, untuk
mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian di atasnya serta korban
keselamatan di atasnya, biarlah TUHAN sendiri yang menuntut balas terhadap
kami.
Jawaban kedua mereka adalah Allah
Pembalas. Jadi sangat jelas sekali lagi bahwa pembalasan dan penghakiman
itu bukan hak kita tapi haknya Tuhan. Jadi bagaimana dengan kita? Tuhan
mengajarkan kita untuk menahan diri, tidak marah sehingga dengan begitu kita
terlatih untuk sabar, dan sabar ini merupakan wujud dari kasih Tuhan.
(24) Tetapi sesungguhnya, kami telah melakukannya karena cemas. Sebab pikir
kami: Di kemudian hari anak-anak kamu mungkin berkata kepada anak-anak kami,
demikian: Apakah sangkut pautmu dengan TUHAN, Allah Israel?
Jawaban
mereka yang ketiga adalah mereka dalam
keadaan cemas. Yang mereka cemaskan adalah jangan sampai generasi mereka
tidak lagi beribadah kepada Tuhan.
Apakah kita juga
berpikiran yang sama? Apakah kita merasa cemas dengan masa depan anak kita?
Dimana anak-anak kita sekarang? Apakah kita selama ini memperhatikan
keselamatannya? Jangan sampai anak-anak kita disebut orang kafir!
(25) Bukankah
TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu, hai
orang bani Ruben dan bani Gad! Kamu tidak mempunyai bagian akan TUHAN.
Demikianlah mungkin anak-anak kamu membuat anak-anak kami berhenti dari pada
takut akan TUHAN.
Kecemasan
mereka juga adalah jangan sampai anak-anak mereka ada batasan dengan Tuhan.
Saat ini banyak hal didunia ini menjadi pembatas antara anak-anak kita dengan
Tuhan. Contohnya saat ini banyak anak-anak yang tidak beribadah karena lebih
memilih nonton tv, lebih memilih bermain game dsb.
Sebagai
orang tua kita perlu mewaspadai hal-hal ini agar kita maupun generasi kita
kemudian tetap menyembah dan beribadah kepada Tuhan.
Amin.
By. Pdt. Rudolf Labok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar