Hakim-hakim 20:28-35
Peperangan orang Israel melawan bani Benyamin
Peristiwa peperangan ini terjadi
diKanaan yang berbicara soal kegerakan Roh Kudus hujan akhir. Saat ini pula kita
dijaman akhir ini diperhadapkan dengan peperangan tapi bukan peperangan secara
fisik melawan darah dan daging tapi dijaman ini kita gereja yang berada dalam
jaman Roh Kudus kita menghadapi peperangan melawan roh-roh jahat yang tidak
kita sadari selalu ada disekililing kita.
Telah kita belajar bersama pada
minggu lalu bahwa orang Israel ini gambaran dari gereja Tuhan yang benar-benar
hidup rohani dan bani Benyamin gambaran dari gereja yang belum hidup rohani
atau tidak sungguh-sungguh dalam pertobatan. Seperti halnya dalam ladang ada
tumbuh gandum tapi ada juga tumbuh lalang, seperti dalam hidup kita sehari-hari
yang kita dapati contohnya saat kita isteri mau hidup rohani tapi suami hidup
dikuasai hawa nafsu daging, atau sebaliknya suami mau hidup rohani tapi isteri
tetap hidup dalam hawa nafsu daging atau juga antara orang tua dan anak-anak,
inilah peperangan yang kita hadapi yang begitu sulit karena yang kita hadapi
adalah saudara atau orang terdekat kita.
Tapi dalam hal peperangan Tuhan
tidak kompromi, Tuhan tetap menetapkan untuk terjadinya peperangan. Karena pada
pasal ini terkena pada 7x percikan darah dimuka tabut sehingga penyucian
(peperangan) itu adalah harga mati! Ibrani 12:14 Berusahalah
hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan
tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Tanpa penyucian sangat mustahil
kita masuk dalam kerajaan Allah, klimaks pekerjaan penyucian itu adalah membawa
gereja pada penyucian tubuh, jiwa dan roh yang sempurna. 1 Tes 5:23
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa
dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus
Kristus, Tuhan kita.
Dalam peperangan
kemenangan sangat ditentukan oleh Strategi/ taktik atau siasat:
(Ay.29 Lalu orang Israel
menempatkan penghadang-penghadang sekeliling Gibea.)
1. Yaitu orang Israel
harus mengepung bani Benyamin dan melawan Gibea. Gibea artinya bukit
(sambungan-sambungan). Ini gambaran dari sandungan-sandungan, perintang-perintang.
Banyak kali jika suami mau mau maju tapi yang menjadi perintang atau sandungan
adalah isteri atau sebaliknya.
Jadi startegi kita
yaitu kita harus berusaha menempatkan hidup kita dalam benteng Firman Tuhan
agar kita mampu melawan sandungan- sandungan terutama lewat perkataan yang
menjatuhkan.
(ay.31 Maka majulah
bani Benyamin menyerbu laskar itu; mereka terpancing dari kota, dan seperti
yang sudah-sudah, mereka mulai menyerang laskar itu pada kedua jalan raya --
yang satu menuju ke Betel, dan yang lain ke Gibea melalui padang -- sehingga
terbunuh beberapa orang, kira-kira tiga puluh orang di antara orang Israel..
Daging itu tidak
perduli dengan hal-hal yang rohani, sedikit saja cela kita buka maka ia akan
menyerang kita. Oleh sebab itu sandungan-sandungan atau bukit itu harus segera
diratakan.
Yesaya 40:3 Ada suara yang
berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN,
luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! (4) Setiap lembah
harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang
berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk
menjadi dataran;Jika kita biarkan sandungan-sandungan itu atau jika kita biarkan diri
kita tersandung maka kita akan jatuh, bagaikan jatuh kedalam lembah karena kita
sendiri yang tidak menutup lembah itu. Perhatikan! Kejatuhan kita jangan kita
biarkan tapi biarlah kita tutup dengan Firman bukan ditutup-tutupi dari hadapan
Tuhan.
Jadi saat ini jangan
lagi kita menjadi sadungan bagi orang lain atau tersandung karena orang lain,
jika kita masih suka tersandung maka berarti kita belum mengerti arti panggilan
kita. 2 Pet 1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab
jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Inilah
strategi perang kita yaitu MENGERTI PANGGILAN TUHAN BAGI KITA.
Mulai saat ini
Jelilah terhadap usaha iblis untuk menjatuhkan kita, ia banyak kali menggunakan
lidahnya yaitu perkataannya untuk menyandung kehidupan kita sehingga sekali
lagi jangan sampai tersandung Efesus 4:27 dan janganlah
beri kesempatan kepada Iblis.
(30) Pada hari
ketiga majulah orang-orang Israel melawan bani Benyamin dan mengatur
barisannya melawan Gibea seperti yang sudah-sudah.
2. Yaitu mengatur
barisan. Secara keseluruhan kitab Hakim-hakim ini terkena pada pintu kemah yang
memiliki 5 tiang yaitu berbicara mengenai jabatan-jabatan dalam pelayanan.
Artinya kita harus menempatkan pelayanan kita pada posisi yang benar, bukan
melayani dengan asal-asalan. Kita harus benar-benar mengenal panggilan kita,
apakah kita dipanggil sebagai guru, penginjil, nabi, rasul ataukah gembala.
Bicara mengatur
disini bukan seperti sok mengatur dalam ibadah; tidak, tapi supaya dalam ibadah
pelayanan ada tercipta ketertiban.
(ay.32. Maka
kata bani Benyamin: "Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita
seperti semula." Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat lebih
dahulu: "Marilah kita lari dan memancing mereka dari kota ke
jalan-jalan raya.“)
3. Yaitu harus ada
mufakat atau kesehatian. Dalam melayani Tuhan maka baik suami maupun isteri
harus ada kesehatian. Begitu juga antara sesama Hamba Tuhan, Imam-imam harus
sehati agar dalam pelayanan iblis tidak berkuasa untuk menghancurkan sebaliknya
yang ada adalah hadirnya kemuliaan Tuhan.
Perhatikan yang
terjadi saat Daud membiarkan pasukannya berperang sendiri sedangkan dia
bersantai-santai diatas soto rumah sehingga ia jatuh dalam dosa zinah.
Pelajaran penting bagi kita dalam peperangan ataupun dalam pelayanan saat ini
biarlah kita bersatu untuk mencapai penyucian, mencapai keberhasilan dalam
Tuhan, jangan kita bersantai-santai atau bermain-main agar kita jangan jatuh
dalam dosa perzinahan.
Dalam nikah rumah
tangga juga biarlah kita saling sehati, jika isteri menghadapi tantangan maka
suami jangan biarkan isteri menghadapinya sendiri atau sebaliknya agar suami/
isteri kita tetap kuat. Karena daging itu atau musuh kita itu tidak akan
membiarkan kita untuk mencapai kemenangan karena saat dimana kita berusaha
untuk sungguh-sungguh melayani dan mengerjakan penyucian maka iapun berusaha
terus untuk mengalahkan kita.
(ay.31 Maka majulah
bani Benyamin menyerbu laskar itu; mereka terpancing dari kota, dan seperti
yang sudah-sudah, mereka mulai menyerang laskar itu pada kedua jalan raya -- yang
satu menuju ke Betel, dan yang lain ke Gibea melalui padang -- sehingga
terbunuh beberapa orang, kira-kira tiga puluh orang di antara orang Israel.)
Perhatikan serangan balik dari
bani Benyamin, menuju Betel yang gambaran dari ibadah. Banyak kali daging kita
memakai jalur ibadah, yaitu membuat kita malas untuk beribadah. Betel juga
gambaran dari bait Allah/ rumah Allah yaitu kehidupan kita, daging berusaha
membawa kita untuk merusak diri kita sendiri lewat narkoba, minuman keras,
rokok dsb.
(ay.35 TUHAN
membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu
orang-orang Israel memusnahkan dari antara suku Benyamin dua puluh lima ribu
seratus orang, semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang.)
Yang telah kita pelajari diatas
itu adalah strategi, tapi satu yang harus kita ingat bahwa jika kita bisa
menang itu bukan karena hebat dan kuatnya kita tapi SEMUA KARENA TUHAN,
TUHANLAH SUMBER KEMENANGAN.
Amin.
By. Pdt. Rudolf Labok